Penyakit ini bisa mengakibatkan kematian lantaran sumbatan saluran nafas atas a toksinnya yang bersifat patogen, menimbulkan komplikasi miokarditis (peradangan pada lapisan dinding jantung bagian tengah), gagal ginjal, gagal napas dan gagal sirkulasi. Keberhasilan pencegahan difteri dengan imunisasi sangat menentukan cakupan imunisasi, yakni minimal 95%. Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah sayu tahun) sebanyak tiga dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak satu bulan.
Selanjutnya, diberikan imunisasi lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak satu dosis vaksin DPT-HB-Hib, pada anak sekolah tingkat dasar kelas 1 diberikan satu dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas 2 diberikan satu dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas 5 diberikan satu dosis vaksin Td. Sementara saat ini Indonesia belum memiliki program imunisasi difteri untuk dewasa, yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mengatasi KLB difteri saat ini adalah menghimbau orang tua, guru, petugas kesehatan, memastikan status imunisasi lengkap.
Baca Juga: Cara Mengenal Difteri, Penyebab dan Gejalanya
Adanya wabah atau KLB disebabkan oleh immunity gap yakni kesenjangan kekebalan tubuh di masyarakat wilayah tertentu. Kesenjangan kekebalan ini terjadi sebab suatu kelompok masyarakat tidak mendapat imunisasi difteri lengkap. Karena difteri sangat mudah menular, maka mereka yang tidak punya daya tahan tubuh kuat akan mudah terjangkit. Tidak bisa dipandang remeh sebab difteri juga memicu kematian apabila pertolongan tidak segera diberikan. (Fan/Tyd)